Kamis, 21 April 2016

Prinsip-prinsip Ahok dalam Berpolitik dan Memimpin.




Tidak terasa sudah 3 tahun lebih Basuki Tjahaja Purnama, atau yang lebih dikenal dengan sapaan "Ahok" memimpin Ibukota DKI Jakarta, mulai dari Wakil Gubernur selama 2 tahun, hingga jabatan Gubernur yang sudah diembannya selama 1 tahun lebih sejak Oktober 2014 kemarin. 

Karakternya yang meledak-ledak hingga berbagai kebijakannya yang mengubah Jakarta secara total, membuat Ahok menjadi salah satu sosok fenomenal di Negeri ini. Namun, tahukah anda bahwa dalam kepemimpinannya di DKI Jakarta, Ahok seringkali menyampaikan apa yang menjadi prinsipnya dalam memimpin Jakarta. 

Prinsip-prinsip ini menjadi landasan dasar bagi pak Ahok dalam mengambil kebijakan dan memimpin ibukota dari negara Pancasila ini. Berikut ini beberapa prinsip yang dipegang Ahok, berdasarkan apa yang saya dengar dan lihat dari apa yang Ahok sampaikan pada pidato-pidato, rapat pimpinan, ataupun wawancara media. 

1. Mewujudkan KEADILAN SOSIAL, bukan Bantual Sosial 

Bagi Ahok, bantuan sosial sangatlah berbeda dengan Keadilan Sosial. Sebagai contoh, Jika bantuan sosial itu berupa aktivitas2 menolong orang sakit dengan memberikan obat2an, maka Keadilan Sosial adalah sebuah jaminan bahwa jangan sampai ada orang sakit yang tidak mampu berobat di Rumah Sakit. 

Apa yang menjadi kebijakan-kebijakan Ahok dalam pemerintahan DKI Jakarta, selalu fokus untuk mewujudkan Keadilan Sosial ini dari segala aspek, bukan sekedar memberi bantuan Sosial. 

Lagipula, sila ke lima Pancasila kita itu bukanlah Bantuan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, melainkan "Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia". 

2. Jangan Terima SUAP, Jangan BERPIHAK! 

Prinsip ini menjadi salah satu prinsip yang sering disampaikan oleh Ahok ketika menjadi pembicara dalam acara-acara tertentu, terutama pada sesi tanya jawab ketika banyak yang menanyakan bagaimana cara menjadi pejabat yang bersih di lingkungan politik yang kotor. 

Ya, salah satu kunci kesuksesan dalam memimpin adalah keberanian untuk tidak menerima suap, berapapun harganya, karena harga sebuah amanah jabatan adalah Nyawa sang pejabat itu sendiri. 

Selain itu, keberanian untuk tidak berpihak pada konstituen, melainkan untuk tetap teguh menegakkan Konstitusi menjadi harga mati bagi Ahok dalam mmimpin DKI Jakarta. 

3. PEJABAT adalah Pekerjaan yang paling MULIA 

Banyak yang berkata bahwa politik itu kotor, namun Ahok mempunyai pandangan lain yang mengatakan bahwa Politik itu Suci. 

Bahkan Ahok berani berkata bahwa menjadi pejabat adalah pekerjaan yang paling mulia, sedangkan pedagang atau pengusaha hanya berada pada urutan ke-6. 

Ahok beranggapan bahwa jika menjadi pengusaha dan anda memiliki uang 1 milyar, maka anda hanya dapat membantu 2000 orang jika per orang diberikan 500 ribu, Hal itu tidak akan pernah cukup. 

Tetapi jika anda menjadi Pejabat, maka anda dapat menggunakan anggaran negara Triliunan rupiah untuk membantu semua orang. Salah satu contoh yang paling tepat soal ini adalah Kartu Jakarta Pintar, dengan total anggaran mencapai 1,9 Triliun rupiah, Ahok dapat membantu seluruh anak di Jakarta agar tidak putus sekolah. 

Itu baru dari sektor pendidikan, belum bidang lainnya. Oleh karena itu Ahok beranggapan bahwa politik itu suci karena dapat membantu orang. Orang baik harus masuk ke politik, agar politik tidak diisi oleh orang-orang kotor yang mempunyai niat jahat. 

4. Kualitas IMAN Seseorang ditunjukkan dengan PERBUATANNYA 

"Kamu mau tunjukkan iman kamu, tunjukkan lewat perbuatanmu, baru aku tahu kemudian Iman kamu seperti apa" Itulah kata-kata yang juga menjadi prinsip Ahok dalam menjalankan roda pemerintahannya. 

Ia tidak terlalu peduli apakah orang itu memakai kalung Salib yang besar ataupun baju gamis, yang terpenting bagi Ahok adalah kinerja sesuai sumpah jabatan dan kejujuran orang tersebut, hal itulah yang membuktikan Kualitas Iman seseorang. 

Namun jika orang itu terima suap atau melanggar sumpah jabatan, maka sesuci apapun penampilannya, ia adalah orang yang berpura2 dan sesungguhnya tidak punya iman. 

5. LAWAN ARUS, 

Hanya Ikan Mati yang Mengikuti Arus Dalam hidup ataupun berpolitik, kita harus berani seperti ikan Salmon yang melawan arus, hanyalah ikan mati yang hidupnya mengikuti arus saja. 

Inilah prinsip yang sudah lama dipegang oleh Ahok sejak dirinya masih menjadi anggota DPRD tingkat II di Belitung. Keberaniannya untuk terus mendobrak kenyamanan yang selama ini dimiliki pejabat, membawa Ahok untuk menjadi bupati, anggota DPR, Wagub, hingga Gubernur Ibukota pada saat ini. 

Hingga kini pun, Prinsipnya untuk terus melawan arus berhasil mendobrak birokrasi pemerintahan DKI Jakarta yang tadinya lamban kini menjadi birokrasi yang sigap dalam melayani masyarakat Jakarta. 

6. Yang Terpenting punya NAWAITU yang BAIK 

Ahok mengaku, dahulu ia memiliki guru agama yang mengajarkan bahwa selama ia mempunyai Nawaitu yang baik, yaitu niat dan tujuan yang baik, maka hasilnya pun akan baik. 

Oleh karena itulah, Nawaitu yang benar dan baik menjadi dasar sebelum mengambil sebuah kebijakan, agar hasil dari kebijakan yang dilakukan dalam pemerintahan juga baik bagi masyarakat Jakarta. 

Sebelum kita masuk ke dunia politik, pastikan Nawaitu kita baik dan benar, bahwa kita sungguh-sungguh ingin membantu banyak orang, bukan memperkaya diri sendiri. Itulah yang dilakukan Ahok, sekalipun ia melakukan penggusuran atau pemecatan, namun semua itu didasarkan pada tujuan yang benar dan baik. 

Inilah Prinsip-prinsip yang ipegang oleh Ahok dalam berpolitik dan memimpin Ibukota, apakah prinsip-prinsip ini benar adanya? itu semua terserah anda, karena saya percaya setiap orang memegang prinsip-prinsip yang berbeda. 

Namun kita tetap harus menghargai prinsip yang dipegang beliau, terutama ketika prinsip-prinsip tersebut digunakannya untuk membawa Jakarta menjadi kota yang lebih baik, lebih tertib, dan lebih sejahtera.

sumber: disini

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 
Copyright © . TAKUdaGEMA - Tak Kulihat dari Gereja Mana - Posts · Comments
Theme Template by BTDesigner · Powered by Blogger